CERPEN
*Definisi Cinta*
“ Aku menyukaimu”
Aku memperhatikan perempuan yang tengah
menundukkan kepalanya dihadapanku. Lagi-lagi dua kata itu. Sudah berapa kali
aku mendengar kata itu. Perempuan di hadapanku ini saja entah sudah orang yang
keberapa puluh yang mengucapkan itu padaku.
“ Apa alasanmu menyukaiku ?”
“ Karena kau tampan, baik dan pintar”
Aku menaikan satu alisku mendengar
jawabannya. Selalu saja begitu. Perempuan-perempuan yang mmengutarakan
perasaannya padaku selalu beralasan bahwa mereka menyukaiku karena aku ini
keren, baik, tampan atau apalah. Tetapi bukan jawaban seperti itu yang aku
inginkan.
“ Maaf, aku tidak bisa menerimamu”
setelah berkata seperti itu, aku melenggang pergi. Aku heran dengan perempuan
yang ada disekolahku ini. Mengapa mereka menyukaiku? Padahal aku ini bisa
dibilang salah satu berandalan disekolah, tapi banyak sekali perempuan yang
meletakan hatinya padaku. Aku yakin mereka hanya melihat tampangku saja dan aku
tak menyukai itu. Kebanyakan dari mereka adalah perempuan-perempuan populer
disekolah. Aku tak suka dengan ucapan ‘aku menyukaimu’ dari mereka. Mungkin aku
akan lebih menghargai kalau mereka
mengatakan ‘aku menyayangimu’. Tapi yang sebenarnya ku tunggu dan
kuharapkan adalah kata ‘aku mencintaimu’ dan kata itu belum pernah terdengar
dari mulut perempuan manapun.
Aku melangkahkan kakiku menuju halaman
belakang sekolah.tetapi saat aku baru saja sampai di koridor, seseorang
memanggil namaku.
“Nathan. Bisakah kita bicara sebentar?”
aku menoleh dan mendapati sesosok perempuan yang sudah berdiri di belakangku.
“kenapa?” tanyaku. Kulihat ia yang
menjadi salah tingkah
“ Aku… sebenarnya sudah lama aku mencintaimu”
aku terperangah. Itu dia kata yang selama ini aku tunggu. Tetapi kenapa kata
itu harus keluar dari seorang perempuan dianggap aneh disekolah ? Biasanya perempuan
seperti ini justru takut atau bahkan benci dengan laki-laki sepertiku. Aku
bingung, bisa-bisanya dia mencintaiku, bahkan sekarang ia berani menatap mataku
dalam.
“ Kenapa kau mencintaiku ? Apa
alasanmu?” Biasanya para perempuan yang mengungkapkan perasaannya padaku akan
langsung menjawab dengan jawaban yang memuji-muji diriku. Terbukti mereka hanya
melihat kelebihanku saja. Padahal yang kuharapkan bukanlah sebuah pujian,
tetapi definisi dari cinta itu sendiri.
“ Aku tak tahu kenapa aku jatuh cinta
padamu. Walaupun aku berkali-kali mencoba menyangkal perasaan ini, tapi aku malah
semakin sadar bahwa aku memang mencintaimu. Dan rasa ini semakin menguat. Yang
aku tahu, kau orang yang tepat untuk kucintai”
Aku mengamati sosok perempuan
dihadapanku itu. Dengan seragam kebesaran, rok yang di bawah lutut dan rambut
yang terus-menerus dijepit dengan asal dan hal-hal lain-yang menurutku bisa
mengurangi kecantikan wanita. Tapi jawabannya itu, itu benar definisi cinta
yang selama ini ku cari. Kenapa malah dia yang bisa mengerti definisi cinta
yang aku tunggu ? bukan pujian, bukan kelebihan. Tapi sebuah kejujuran tentang
perasaan yang memang diluar kuasa kita. Itu cinta. Itu benar rasa cinta, bukan
suka. Terbawa oleh perasaan , aku setuju berpacaran dengannya. Walaupun
sebenarnya aku sama sekali tak memiliki perasaan apapun padanya.
*****
Ternyata berita tentang jadiannya aku
dengan perempuan yang kuketahui bernama echa itu cukup heboh tersebar di
sekolah. Banyak yang berpendapat kalau aku hanya ingin meningkatkan reputasiku
dengan mencari sensasi. Tapi aku tak begitu ambil pusing.
Aku cukup terkejut sewaktu pertama
kali mengajak Echa berkencan. Dia tak seperti yang kukira. Dia sama sekali
tidak cupu atau bahkan aneh. Ternyata penampilan cupunya itu hanya di sekolah
saja. Selain itu, dia berpenampilan layaknya perempuan biasa. Justru ia
terlihat manis.
Kecuali kacamatanya, penampilannya
sewaktu kami pergi bersama membuatku pangling. Rambutnya yang ternyata panjang
lurus, selama ini tak kelihatan karena ia selalu menguncirnya. Dan model
seragam yang mengganggu pemandangan itu sudah diganti dengan mini dress yang
semakin membuatnya terlihat cantik. Echa akan terlihat cantik kalau saja ia mau
melepas kacamatanya. Sayangnya, ia tak pernah mau dengan alasan tak bisa
melihat dengan jelas. Mengapa ia tidak memakai lensa kontak saja ?
Aku merasa cukup beruntung bisa
berpacaran dengan Echa. Walaupun penampilannya biasa saja dan cenderung
tertutup, aku tak harus repot-repot seperti teman-temanku yang lain. Echa bukan
tipe gadis manja yang selalu meminta antar-jemput kesana-sini. Dia juga perempuan
yang perhatian. Dia selalu berusaha membuatku nyaman bersamanya. Dan aku mulai
salut dengan usahanya. Aku akui, aku mulai mencintainya. Karena aku tahu dia
sangat mencintaiku.
*****
Belakangan ini aku heran dengan sikap Echa.
Ia selalu saja menolak setiap aku ingin mengajaknya pulang bersama. Aku tak
tahu alasannya karena ia tak mau bercerita padaku. Tapi aku malah curiga.
Akhirnya aku memutuskan untuk memata-matainya diam-diam. Setelah kuselidiki,
ternyata perempuan itu sedang menjadi incaran para perempuan yang patah hati
karenaku. Aku langsung emosi setelah mengetahuinya, tapi aku ingin menangkap
basah mereka.
Dan hari itupun tiba, saat istirahat
aku melihat Dara dan teman-temannya mendekati Echa. Ini dia yang aku tunggu.
Aku mengikuti mereka sampai ke taman belakang sekolah yang sepi. Aku memilih
untuk bersembunyi dan melihat apa yang akan mereka lakukan pda perempuanchinguku
itu.
“ Aku sudah memperingatkanmu
berkali-kali, Echa. Nathan itu tidak menyukaimu.” Dara berteriak kasar sambil
mendorong Echa hingga jatuh terduduk. Aku memang berandalan, tapi aku tak suka
dengan tingkah pengecut seperti itu. Itu hanya akan dilakukan oleh pecundang
yang tidak bisa menerima kekalahan.
“ Lalu apa mau kalian?”
Hebat. Aku tak menyangka Echa berani
menjawab walau ia tak beranjak dari duduknya.
“ Kau itu bodoh atau pura-pura bodoh?
Tentu saja kami ingin kau memutusknnya. Kau tahu, kehdiranmu itu hanya sebagai
pengganggu bagi kami. Dan kau tahu, nathan itu hanya memanfaatkanmu” dara menyiram
kepala Echa dengan air mineral di tangannya. Tetapi Echa tak melawan
sedikitpun. Aku sudah tak tahan ingin menunjukkan diri kalau saja aku tak
mendengar ucapan Echa.
“ Tidak masalah kalau Nathan
memanfaatkanku. Bisa bermanfaat untuknya saja aku sudah bersyukur. Daripada ada
perempuan lain yang berpacaran dengannya hanya untuk memanfaatkannya saja.
Lebih baik aku yang dimanfaatkan” Ucapan Echa itu semakin membuat Dara emosi.
“ Kau menyindir kami ? Kalau begitu
rasakan ini”
“ STOP ! Apa-apaan ini. Kalian apakan
dia?” akhirnya aku keluar dari persembunyianku. Aku sudah tidak tahan melihat
mereka yang semena-mena terhadap Echa.
“ Beruntung aku tidak menerima kalian
semua. Kalian pengecut” ucapku sambil membantu Echa berdiri. Sejujurnya aku
kaget dengan ucapan perempuan itu. Dia tak keberatan aku memanfaatkannya.
Awalnya aku memang tak serius berpacaran dengannya. Tapi sekarang aku sadar,
aku mencintaimya dan aku sungguh beruntung bisa memilikinya.
“ Kau sendiri jangan berbohong Nathan.
Kau hanya mencari sensasi saja kan berpacaran dengan perempuan aneh ini?”
bentak Dara. Aku melirik ke arah Echa. Matanya sudah mulai berkaca-kaca. Aku
sadar ia sudah hampir menangis.
“ Diam kau! Tak ada urusannya denganmu
kan? Kalau aku memang berbohong, kau mau apa. Kalau aku benar mencintainya, kau
mau apa?” aku maju untuk menantangnya. Lalu aku mengacungkan telunjuk di depan
hidungnya dengan wajah semarah mungkin.
“ Jangan pernah ikut campur dalam
urusanku. Apalagi sampai menyakiti pacarku seperti ini” aku menatap tajam ke
arah dara dan teman-temannya. Setelah itu, aku menarik tangan Echa, membawanya
meninggalkan tempat itu.
*****
Aku beralih menatap Echa yang masih
shock . matanya masih tetap berkaca-kaca.
“ Kau kenapa tak menceritakannya padaku?
Kau anggap apa aku ini?” tanyaku kesal padanya. Aku tak suka dia berkorban
memendam ini sendiri.
“ Aku pikir selama ini aku masih bisa
mengatasinya sendiri. Aku tak ingin merepotkanmu. Lagipula aku takut kau akan
meninggalkanku jika mengetahui hal ini” Echa berkata dengan suara bergetar. Aku
terharu dengan kenyataan ini. Ternyata selama ini Echa sengaja merahasiakannya
karena tak ingin merepotkanku. Dia bahkan tak marah walaupun aku benar-benar
hanya memanfaatkanya saja. Entah apa yang ada dalam otakku, tiba-tiba saja aku
menarik tubuh perempuan itu ke dalam pelukanku.
“ Kau salah. Kau boleh cerita apa saja
padaku. Itupun kalau kau menganggapku sebagai kekasihmu”
“ Selama ini aku sudah banyak
merepotkanmu. Aku tak enak Nathan. Aku juga tahu sebenarnya aku tak pantas
menjadi kekasihmu. Bisa menjadi pacarmu saja aku sudah bersyukur. Walaupun
misalnya apa yang mereka katakan itu memang benar, aku menerimanya. Yang
terpenting selama kau masih membutuhkanku, aku akan tetap ada untukmu” Echa
terus berceloteh, membuatku semakin erat memeluknya.
“ Kau itu bicara apa sih? Kau percaya
dengan omongan mereka?” Aku sedih mendengar perkataannya. Ternyata Echa menganggap selama ini aku
benar-benar tak cinta padanya. Baik, awalnya memang iya. Tetapi aku sadar, apa
aku harus menjelaskannya? Aku menghela nafas pelan.
“ Aku suka, sayang dan cinta padamu, Echa.
Seperti apapun dirimu. Awalnya aku memang hanya penasaran dengan keunikanmu.
Tapi lama-lama aku juga tak bisa menyangkl perasaan ini” ungkapku jujur. Aku
melepaskan pelukanku dan menatap matanya dalam.
“ Aku serius sudah jatuh cinta padamu.
Sekarang tolong jangan seperti orang lain lagi denganku. Aku ini pacarmu. Dan
selalu menganggapmu sebagai pacarku. Kalau ada kejadian seperti ini lagi, kau
harus cerita padaku. Tentu saja aku tak akan merasa direpotkan. Justru aku
merasa dihargai” Echa akhirnya menumpahkan air mata yang selama ini menggenang
di pelupuk matanya.
“ Aku kira selama ini kau tak suka
padaku. Kau…” aku tak menyangka ia menyadari niat awalku. Bahkan selama ini
walau dia menganggapku aku tak serius dengannya, dia tetap berbaik hati padaku.
Ia bahkan terima kalau aku benar-benar memanfaatkannya.
“ Kau kenapa menyatakan cinta padaku
kalau kau tak yakin aku mencintaimu?” tanyaku.
“ Aku hanya ingin menjadi sebuah nama
yang tercatat dihidupmu, dalam kenanganmu. Tapi aku senang ternyata sekarang
kau juga menyukaiku” jelasnya.
“ Aku suka menyanyi. Aku suka menari.
Aku suka menulis” aku mencoba menyadarkan arti kata ‘suka’ padanya.
“ Oke, aku menyayangimu” ralatnya.
“ Aku menyayangi eommaku. Aku
menyayangi appaku. Aku menyayangi teman-temanku” aku sedikit kesal karena ia
belum menjumpai kata yang tepat.
“ya, ya. Aku mencintaimu” Echa akhirnya
sadar. Aku tersenyum mendengarnya.
“ Echa”
“ya?”
“ Aku menintaimu, Echa” bisikku
ditelinganya.
“aku juga mencintaimu”
The End
Tidak ada komentar:
Posting Komentar