Kamis, 27 Februari 2014

CERPEN

*Definisi Cinta*


       “ Aku menyukaimu”
        Aku memperhatikan perempuan yang tengah menundukkan kepalanya dihadapanku. Lagi-lagi dua kata itu. Sudah berapa kali aku mendengar kata itu. Perempuan di hadapanku ini saja entah sudah orang yang keberapa puluh yang mengucapkan itu padaku.
        “ Apa alasanmu menyukaiku ?”
        “ Karena kau tampan, baik dan pintar”
        Aku menaikan satu alisku mendengar jawabannya. Selalu saja begitu. Perempuan-perempuan yang mmengutarakan perasaannya padaku selalu beralasan bahwa mereka menyukaiku karena aku ini keren, baik, tampan atau apalah. Tetapi bukan jawaban seperti itu yang aku inginkan.
       “ Maaf, aku tidak bisa menerimamu” setelah berkata seperti itu, aku melenggang pergi. Aku heran dengan perempuan yang ada disekolahku ini. Mengapa mereka menyukaiku? Padahal aku ini bisa dibilang salah satu berandalan disekolah, tapi banyak sekali perempuan yang meletakan hatinya padaku. Aku yakin mereka hanya melihat tampangku saja dan aku tak menyukai itu. Kebanyakan dari mereka adalah perempuan-perempuan populer disekolah. Aku tak suka dengan ucapan ‘aku menyukaimu’ dari mereka. Mungkin aku akan lebih menghargai kalau mereka  mengatakan ‘aku menyayangimu’. Tapi yang sebenarnya ku tunggu dan kuharapkan adalah kata ‘aku mencintaimu’ dan kata itu belum pernah terdengar dari mulut perempuan manapun.
        Aku melangkahkan kakiku menuju halaman belakang sekolah.tetapi saat aku baru saja sampai di koridor, seseorang memanggil namaku.
        “Nathan. Bisakah kita bicara sebentar?” aku menoleh dan mendapati sesosok perempuan yang sudah berdiri di belakangku.
        “kenapa?” tanyaku. Kulihat ia yang menjadi salah tingkah
        “ Aku… sebenarnya sudah lama aku mencintaimu” aku terperangah. Itu dia kata yang selama ini aku tunggu. Tetapi kenapa kata itu harus keluar dari seorang perempuan dianggap aneh disekolah ? Biasanya perempuan seperti ini justru takut atau bahkan benci dengan laki-laki sepertiku. Aku bingung, bisa-bisanya dia mencintaiku, bahkan sekarang ia berani menatap mataku dalam.
        “ Kenapa kau mencintaiku ? Apa alasanmu?” Biasanya para perempuan yang mengungkapkan perasaannya padaku akan langsung menjawab dengan jawaban yang memuji-muji diriku. Terbukti mereka hanya melihat kelebihanku saja. Padahal yang kuharapkan bukanlah sebuah pujian, tetapi definisi dari cinta itu sendiri.
        “ Aku tak tahu kenapa aku jatuh cinta padamu. Walaupun aku berkali-kali mencoba menyangkal perasaan ini, tapi aku malah semakin sadar bahwa aku memang mencintaimu. Dan rasa ini semakin menguat. Yang aku tahu, kau orang yang tepat untuk kucintai”
        Aku mengamati sosok perempuan dihadapanku itu. Dengan seragam kebesaran, rok yang di bawah lutut dan rambut yang terus-menerus dijepit dengan asal dan hal-hal lain-yang menurutku bisa mengurangi kecantikan wanita. Tapi jawabannya itu, itu benar definisi cinta yang selama ini ku cari. Kenapa malah dia yang bisa mengerti definisi cinta yang aku tunggu ? bukan pujian, bukan kelebihan. Tapi sebuah kejujuran tentang perasaan yang memang diluar kuasa kita. Itu cinta. Itu benar rasa cinta, bukan suka. Terbawa oleh perasaan , aku setuju berpacaran dengannya. Walaupun sebenarnya aku sama sekali tak memiliki perasaan apapun padanya.
*****
        Ternyata berita tentang jadiannya aku dengan perempuan yang kuketahui bernama echa itu cukup heboh tersebar di sekolah. Banyak yang berpendapat kalau aku hanya ingin meningkatkan reputasiku dengan mencari sensasi. Tapi aku tak begitu ambil pusing.
         Aku cukup terkejut sewaktu pertama kali mengajak Echa berkencan. Dia tak seperti yang kukira. Dia sama sekali tidak cupu atau bahkan aneh. Ternyata penampilan cupunya itu hanya di sekolah saja. Selain itu, dia berpenampilan layaknya perempuan biasa. Justru ia terlihat manis.
        Kecuali kacamatanya, penampilannya sewaktu kami pergi bersama membuatku pangling. Rambutnya yang ternyata panjang lurus, selama ini tak kelihatan karena ia selalu menguncirnya. Dan model seragam yang mengganggu pemandangan itu sudah diganti dengan mini dress yang semakin membuatnya terlihat cantik. Echa akan terlihat cantik kalau saja ia mau melepas kacamatanya. Sayangnya, ia tak pernah mau dengan alasan tak bisa melihat dengan jelas. Mengapa ia tidak memakai lensa kontak saja ?
        Aku merasa cukup beruntung bisa berpacaran dengan Echa. Walaupun penampilannya biasa saja dan cenderung tertutup, aku tak harus repot-repot seperti teman-temanku yang lain. Echa bukan tipe gadis manja yang selalu meminta antar-jemput kesana-sini. Dia juga perempuan yang perhatian. Dia selalu berusaha membuatku nyaman bersamanya. Dan aku mulai salut dengan usahanya. Aku akui, aku mulai mencintainya. Karena aku tahu dia sangat mencintaiku.
*****
        Belakangan ini aku heran dengan sikap Echa. Ia selalu saja menolak setiap aku ingin mengajaknya pulang bersama. Aku tak tahu alasannya karena ia tak mau bercerita padaku. Tapi aku malah curiga. Akhirnya aku memutuskan untuk memata-matainya diam-diam. Setelah kuselidiki, ternyata perempuan itu sedang menjadi incaran para perempuan yang patah hati karenaku. Aku langsung emosi setelah mengetahuinya, tapi aku ingin menangkap basah mereka.
        Dan hari itupun tiba, saat istirahat aku melihat Dara dan teman-temannya mendekati Echa. Ini dia yang aku tunggu. Aku mengikuti mereka sampai ke taman belakang sekolah yang sepi. Aku memilih untuk bersembunyi dan melihat apa yang akan mereka lakukan pda perempuanchinguku itu.
        “ Aku sudah memperingatkanmu berkali-kali, Echa. Nathan itu tidak menyukaimu.” Dara berteriak kasar sambil mendorong Echa hingga jatuh terduduk. Aku memang berandalan, tapi aku tak suka dengan tingkah pengecut seperti itu. Itu hanya akan dilakukan oleh pecundang yang tidak bisa menerima kekalahan.
        “ Lalu apa mau kalian?”
        Hebat. Aku tak menyangka Echa berani menjawab walau ia tak beranjak dari duduknya.
        “ Kau itu bodoh atau pura-pura bodoh? Tentu saja kami ingin kau memutusknnya. Kau tahu, kehdiranmu itu hanya sebagai pengganggu bagi kami. Dan kau tahu, nathan itu hanya memanfaatkanmu” dara menyiram kepala Echa dengan air mineral di tangannya. Tetapi Echa tak melawan sedikitpun. Aku sudah tak tahan ingin menunjukkan diri kalau saja aku tak mendengar ucapan Echa.
       “ Tidak masalah kalau Nathan memanfaatkanku. Bisa bermanfaat untuknya saja aku sudah bersyukur. Daripada ada perempuan lain yang berpacaran dengannya hanya untuk memanfaatkannya saja. Lebih baik aku yang dimanfaatkan” Ucapan Echa itu semakin membuat Dara emosi.
        “ Kau menyindir kami ? Kalau begitu rasakan ini”
        “ STOP ! Apa-apaan ini. Kalian apakan dia?” akhirnya aku keluar dari persembunyianku. Aku sudah tidak tahan melihat mereka yang semena-mena terhadap Echa.
        “ Beruntung aku tidak menerima kalian semua. Kalian pengecut” ucapku sambil membantu Echa berdiri. Sejujurnya aku kaget dengan ucapan perempuan itu. Dia tak keberatan aku memanfaatkannya. Awalnya aku memang tak serius berpacaran dengannya. Tapi sekarang aku sadar, aku mencintaimya dan aku sungguh beruntung bisa memilikinya.
        “ Kau sendiri jangan berbohong Nathan. Kau hanya mencari sensasi saja kan berpacaran dengan perempuan aneh ini?” bentak Dara. Aku melirik ke arah Echa. Matanya sudah mulai berkaca-kaca. Aku sadar ia sudah hampir menangis.
        “ Diam kau! Tak ada urusannya denganmu kan? Kalau aku memang berbohong, kau mau apa. Kalau aku benar mencintainya, kau mau apa?” aku maju untuk menantangnya. Lalu aku mengacungkan telunjuk di depan hidungnya dengan wajah semarah mungkin.
        “ Jangan pernah ikut campur dalam urusanku. Apalagi sampai menyakiti pacarku seperti ini” aku menatap tajam ke arah dara dan teman-temannya. Setelah itu, aku menarik tangan Echa, membawanya meninggalkan tempat itu.
*****
        Aku beralih menatap Echa yang masih shock . matanya masih tetap berkaca-kaca.
       “ Kau kenapa tak menceritakannya padaku? Kau anggap apa aku ini?” tanyaku kesal padanya. Aku tak suka dia berkorban memendam ini sendiri.
        “ Aku pikir selama ini aku masih bisa mengatasinya sendiri. Aku tak ingin merepotkanmu. Lagipula aku takut kau akan meninggalkanku jika mengetahui hal ini” Echa berkata dengan suara bergetar. Aku terharu dengan kenyataan ini. Ternyata selama ini Echa sengaja merahasiakannya karena tak ingin merepotkanku. Dia bahkan tak marah walaupun aku benar-benar hanya memanfaatkanya saja. Entah apa yang ada dalam otakku, tiba-tiba saja aku menarik tubuh perempuan itu ke dalam pelukanku.
        “ Kau salah. Kau boleh cerita apa saja padaku. Itupun kalau kau menganggapku sebagai kekasihmu”
        “ Selama ini aku sudah banyak merepotkanmu. Aku tak enak Nathan. Aku juga tahu sebenarnya aku tak pantas menjadi kekasihmu. Bisa menjadi pacarmu saja aku sudah bersyukur. Walaupun misalnya apa yang mereka katakan itu memang benar, aku menerimanya. Yang terpenting selama kau masih membutuhkanku, aku akan tetap ada untukmu” Echa terus berceloteh, membuatku semakin erat memeluknya.
        “ Kau itu bicara apa sih? Kau percaya dengan omongan mereka?” Aku sedih mendengar perkataannya.  Ternyata Echa menganggap selama ini aku benar-benar tak cinta padanya. Baik, awalnya memang iya. Tetapi aku sadar, apa aku harus menjelaskannya? Aku menghela nafas pelan.
        “ Aku suka, sayang dan cinta padamu, Echa. Seperti apapun dirimu. Awalnya aku memang hanya penasaran dengan keunikanmu. Tapi lama-lama aku juga tak bisa menyangkl perasaan ini” ungkapku jujur. Aku melepaskan pelukanku dan menatap matanya dalam.
        “ Aku serius sudah jatuh cinta padamu. Sekarang tolong jangan seperti orang lain lagi denganku. Aku ini pacarmu. Dan selalu menganggapmu sebagai pacarku. Kalau ada kejadian seperti ini lagi, kau harus cerita padaku. Tentu saja aku tak akan merasa direpotkan. Justru aku merasa dihargai” Echa akhirnya menumpahkan air mata yang selama ini menggenang di pelupuk matanya.
        “ Aku kira selama ini kau tak suka padaku. Kau…” aku tak menyangka ia menyadari niat awalku. Bahkan selama ini walau dia menganggapku aku tak serius dengannya, dia tetap berbaik hati padaku. Ia bahkan terima kalau aku benar-benar memanfaatkannya.
        “ Kau kenapa menyatakan cinta padaku kalau kau tak yakin aku mencintaimu?” tanyaku.
        “ Aku hanya ingin menjadi sebuah nama yang tercatat dihidupmu, dalam kenanganmu. Tapi aku senang ternyata sekarang kau juga menyukaiku” jelasnya.
        “ Aku suka menyanyi. Aku suka menari. Aku suka menulis” aku mencoba menyadarkan arti kata ‘suka’ padanya.
        “ Oke, aku menyayangimu” ralatnya.
        “ Aku menyayangi eommaku. Aku menyayangi appaku. Aku menyayangi teman-temanku” aku sedikit kesal karena ia belum menjumpai kata yang tepat.
        “ya, ya. Aku mencintaimu” Echa akhirnya sadar. Aku tersenyum mendengarnya.
        “ Echa”
        “ya?”
        “ Aku menintaimu, Echa” bisikku ditelinganya.
        “aku juga mencintaimu”
The End

Tidak ada komentar: